Penobatan Karna Menjadi Raja dari Angga
Kisah Karna Putra Dewa Surya yang di anugerahkan kepada Dewi Kunti
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-format="fluid"
data-ad-layout-key="-fb+5w+4e-db+86"
data-ad-client="ca-pub-2756391701193727"
data-ad-slot="9470846555"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
Karna merupakan sosok pahlawan yang memiliki sifat-sifat kompleks. Meskipun berada di pihak antagonis, namun ia terkenal sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kesatria. Sifatnya angkuh, sombong, suka membanggakan diri, namun juga seorang dermawan yang murah hati kepada siapa saja, terutama fakir miskin dan kaum brahmana. Kesaktiannya yang luar biasa membuat namanya terkenal sepanjang masa dan disebut dengan penuh penghormatan.
Sekilas Kisah Nakula Dan Sadewa putra Raja Pandu dengan Ratu Madri
Di ceritakan Kitab Mahabharata,putra Pandawa yang kembar Nakula dan Sadewa memiliki kemampuan istimewa dalam merawat Kuda dan Sapi. Nakula digambarkan sebagai orang yang sangat menghibur hati.
Mereka juga teliti dalam menjalankan tugasnya dan selalu mengawasi sifat jahil kakaknya, Bima, dan bahkan terhadap senda gurau yang terasa serius. Nakula juga memiliki kemahiran dalam memainkan senjata Pedang sedangkan Sadewa Ahli dalam memainkan senjata Kapak.
Ketika para Pandawa mengalami pengasingan di dalam hutan, keempat Pandawa ( Bima ,Arjuna, Nakula,Sadewa) meninggal karena meminum air beracun dari sebuah danau. Ketika sesosok roh gaib memberi kesempatan kepada Yudistira untuk memilih salah satu dari keempat saudaranya untuk dihidupkan kembali, Nakula lah yang dipilih oleh Yudistira untuk hidup kembali. Ini karena Nakula merupakan putra Ibu Madri, dan Sedangkan Yudistira adalah merupakan putra dari Ibu Kunti, Karena ingin bersikap adil terhadap kedua ibu tersebut. Apabila ia memilih Bima atau Arjuna, maka tidak ada lagi putra Madri yang akan melanjutkan keturunan.
Ketika para Pandawa harus menjalani masa penyamaran di Kerajaan Wirata, Nakula menyamar sebagai perawat kuda dengan nama samaran Damagranti. Nakula turut serta dalam Peperangan Di kurusethra, dan memenangkan perang besar tersebut.
Dalam kitab Mahaprasthanikaparwa, yaitu kitab ketujuh belas dari seri Astadasaparwa Mahabharata, disitu diceritakan bahwa Nakula tewas dalam perjalanan ketika para Pandawa hendak mencapai puncak gunung Himalaya. Yang Sebelumnya, Drupadi yang pertama kali tewas dan disusul oleh saudara kembar Nakula yang bernama Sadewa. Ketika Nakula terjerembab ke tanah, Bima bertanya kepada Yudistira perihal alasan kematian Nakula. Yudistira menjawab bahwa Nakula sangat rajin dan senang menjalankan perintah kita. Namun Nakula sangat membanggakan ketampanan yang dimilikinya, dan tidak mau mengalah. Karena sikapnya tersebut, ia hanya hidup sampai di tempat itu. Setelah mendengar penjelasan Yudistira,maka Bima dan Arjuna melanjutkan perjalanan mereka. Mereka meninggalkan jenazah Nakula di sana, tanpa Upacara Pembakaran yang layak, namun arwah Nakula mencapai kedamaian.
Pertemuan Arjuna Dengan Dewa Siwa dalam Pertapaannya.
Sebuah Kitab Wanaparwa meriwayatkan wayatkan kejadian setelah para Pandawa yang dipimpin Yudistira kalah bermain dadu melawan para Kurawa yang dimainkan oleh Duryudana. Sesuai ketentuan permainan tersebut, maka para Pandawa beserta Drupadi sebagai pihak yang Kalah Harus mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun 1 tahun harus bersembunyi dan Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh Arjuna untuk bertapa demi memperoleh kesaktian dalam peperangan melawan para sepupunya. Arjuna memilih lokasi bertapa di gunung Indrakila. Dalam usahanya, ia diuji oleh tujuh Bidadari yang dipimpin oleh Supraba, namun keteguhan hati Arjuna mampu melawan berbagai godaan yang diberikan oleh para bidadari. Para bidadari yang kesal kembali ke kahyangan, dan melaporkan kegagalan mereka kepada Dewa Indra. Dewa Indra kemudian turun di tempat Arjuna bertapa sambil menyamar sebagai seorang Pendeta. Dia menanyakan tujuan Arjuna melakukan tapa di gunung Indrakila. Arjuna menjawab bahwa ia bertapa demi memperoleh kekuatan untuk mengurangi penderitaan rakyat, serta untuk menaklukkan musuh-musuhnya, terutama para Kurawa yang selalu bersikap jahat terhadap para Pandawa. Setelah mendengar penjelasan dari Arjuna, Indra menampakkan wujudnya yang sebenarnya. Dia memberikan anugerah kepada Arjuna berupa senjata sakti.
Setelah mendapat anugerah dari Dewa indra, Arjuna memperkuat tapanya ke hadapan Dewa Siwa. Siwa yang terkesan dengan tapa Arjuna kemudian mengirimkan seekor babi hutan berukuran besar. Ia menyeruduk gunung Indrakila hingga bergetar. Hal tersebut membuat Arjuna terbangun dari tapanya. Karena ia melihat seekor babi hutan sedang mengganggu tapanya, maka ia segera melepaskan anak panahnya untuk membunuh babi tersebut. Di saat yang bersamaan, Dewa siwa datang dan menyamar sebagai pemburu, turut melepaskan anak panah ke arah babi hutan yang dipanah oleh Arjuna. Karena kesaktian dewa, kedua anak panah yang menancap di tubuh babi hutan itu menjadi satu. Pertengkaran hebat terjadi antara Arjuna dan Siwa yang menyamar menjadi pemburu. Mereka sama-sama mengaku telah membunuh babi hutan siluman, namun hanya satu anak panah saja yang menancap, bukan dua. Maka dari itu, Arjuna berpikir bahwa si pemburu telah mengklaim sesuatu yang sebenarnya menjadi hak Arjuna. Setelah adu mulut, mereka berdua berkelahi. Saat Arjuna menujukan serangannya kepada si pemburu, tiba-tiba orang itu menghilang dan metampakkan wujud aslinya sebagai Siwa. Arjuna meminta maaf karena ia telah berani melakukan tantangan. Siwa tidak marah kepada Arjuna, justru sebaliknya ia merasa kagum. Atas keberaniannya, Dewa Siwa memberi anugerah berupa panah sakti bernama Pasupati.
Setelah Arjuna menerima senjata pasupati, Arjuna dijemput oleh para penghuni kahyangan untuk menuju kediaman Dewavindra, raja para dewa. Di sana Arjuna menghabiskan waktu selama beberapa tahun. Di sana pula Arjuna bertemu dengan bidadari Urwasi. Karena Arjuna tidak mau menikahi bidadari Urwasi, maka Urwasi mengutuk Arjuna agar kelak menjadi banci (peran Arjuna sebagai banci diceritakan sebagai dalam buku wiraraparwa). Kutukan itu dimanfaatkan oleh Arjuna pada saat para Pandawa menyelesaikan hukuman pembuangan mereka dalam hutan. Setelah menyelesaikan hukuman pembuangan, Pandawa beserta Drupadi berlindung di kerajaan Wirata. Sesuai dengan perjanjian yang sah sebagai akibat kekalahan saat bermain dadu, maka para Pandawa beserta Drupadi harus hidup dalam penyamaran selama satu tahun. Maka dari itu, para Pandawa beserta Dropadi harus menyembunyikan identitas asli mereka dan hidup sebagai orang lain. Di sana Arjuna menyamar sebagai guru tari yang banci, dengan nama samaran Brihanala.Meskipun demikian, Arjuna telah berhasil membantu putra mahkota kerajaan Wirata, yaitu pangeran Utara, dengan menghalau musuh Dari pasukan Hastinapura yang hendak menyerbu kerajaan Wirata.
Bersambung.......
Kisah pengasingan Arjuna dan pertemuan Dengan Adik Krishna Subadra.
Pada saat Pandawa sedang Akan melakukan sebuah Upacara dalam mengawali pemerintahan kerajaannya Indraprastha, seorang pengawal masuk ke istana dan melapor bahwa kepada Arjuna kalau Sapi sapi yang akan di gunakan dalam sebuah upacara itu di Curi oleh para Ular Taksaka. Arjuna bergegas mengambil senjatanya, namun senjata tersebut disimpan di sebuah kamar Yudistira dan Drupadi yang sedang menikmati malam mereka. Demi kewajibannya, Arjuna Memberanikan diri masuk kamar mengambil senjata, tanpa memedulikan Yudistira dan Dropadi yang sedang bermesraan di kamar. Atas perbuatan tersebut, Arjuna dihukum untuk menjalani pembuangan selama satu tahun.
Pangeran Arjuna menghabiskan masa pengasingannya dengan menjelajahi penjuru Bharatawarsha atau disebut India Kuno. Ketika sampai di Sungai Gangga, Arjuna bertemu dengan Ulupi, putri Naga Korawya dari istana naga atau Nagaloka. Arjuna terpikat dengan kecantikan Ulupi lalu menikah dengannya. Dari hasil perkawinannya, ia dikaruniai seorang putra yang diberi nama Irawan.Setelah itu, ia melanjutkan perjalanannya menuju wilayah pegunungan Himalaya. Setelah mengunjungi sungai-sungai suci yang ada di sana, ia berbelok ke selatan. Ia sampai di sebuah negeri yang bernama Manipura. Raja negeri tersebut bernama Citrasena. Ia memiliki seorang puteri yang sangat cantik bernama Citranggada. Arjuna jatuh cinta kepada putri tersebut dan hendak menikahinya, namun Citrasena mengajukan suatu syarat bahwa apabila putrinya tersebut melahirkan seorang putra, maka anak putrinya tersebut harus menjadi penerus tahta Manipura oleh karena Citrasena tidak memiliki seorang putra. Arjuna menyetujui syarat tersebut. Dari hasil perkawinannya, Arjuna dan Citrānggadā memiliki seorang putra yang diberi nama Babruwahana. Oleh karena Arjuna terikat dengan janjinya terdahulu, maka ia meninggalkan Citrānggadā setelah tinggal selama beberapa bulan di Manipura. Ia tidak mengajak istrinya pergi ke Hastinapura.
Kemudian Arjuna meneruskan perjalanannya menuju arah selatan. Dia sampai di lautan yang telah mengapit Bharatawarsa di sebelah selatan, setelah itu ia berbelok ke utara. Ia berjalan di sepanjang pantai Bharatawarsha bagian barat. Dalam pengembaraannya, Arjuna sampai di pantai Prabasa (Prabasatirta) yang terletak di dekat Kerajaan Dwaraka, yang kini dikenal sebagai Gujarat. Di sana ia menyamar sebagai seorang pertapa untuk mendekati adik Krishna yang bernama Subadra, tanpa diketahui oleh siapa pun. Atas perhatian dari Balarama, Arjuna mendapat tempat peristirahatan yang layak di taman Subadra. Meskipun rencana untuk membiarkan dua pemuda tersebut tinggal bersama ditentang oleh Kresna, namun Baladewa meyakinkan bahwa peristiwa buruk tidak akan terjadi. Arjuna tinggal selama beberapa bulan di Dwaraka, dan Subadra telah melayani semua kebutuhannya selama itu. Ketika saat yang tepat tiba, Arjuna menyatakan perasaan cintanya kepada Subadra. Pernyataan itu disambut oleh Subadra. Dengan kereta yang sudah disiapkan oleh Kresna, mereka pergi ke Indraprastha untuk melangsungkan pernikahan.
Balarama marah setelah mendengar kabar bahwa Subadra telah kabur bersama Arjuna. Krishna meyakinkan bahwa Subadra pergi atas kemauannya sendiri, dan Subadra sendiri yang mengemudikan kereta menuju kerajaan indraprastha, bukan Arjuna. Krishna juga mengingatkan Balarama bahwa dulu ia menolak untuk membiarkan kedua pasangan tersebut tinggal bersama, namun usulnya ditentang oleh Balarama. Setelah Balarama sadar, ia membuat keputusan untuk menyelenggarakan upacara pernikahan yang mewah bagi Arjuna dan Subadra di Indraprastha. Ia juga mengajak kaum Yadawa untuk turut hadir di pesta pernikahan Arjuna-Subadra. Setelah pesta pernikahan berlangsung, kaum Yadawa tinggal di Indraprastha selama beberapa hari, lalu pulang kembali ke Kerajaan Dwaraka, namun Kresna tidak turut serta.
Bersambung.....
Kisah Arjuna Mendapatkan Drupadi dalam sebuah sayembara.
Cerita Kisah Arjuna (Pandawa)
Dewi Kunti istri pertama Raja Pandu menerima anugerah dari seorang Resi Durwasa sebuah Mantra yang mampu memanggil Dewa sesuai dengan yang diharapkannya, dan juga dapat memperoleh anugerah dari dewa yang dipanggilnya. Raja Pandu dan Kunti menggunakan anugerah tersebut untuk memanggil Dewa Yama(Dewa indra) yang kemudian memberi mereka putra. Arjuna merupakan putra ketiga, lahir dari Indra, pemimpin para Dewa. Ia lahir di lereng gunung Hilmawan, di sebuah tempat yang disebut Satsringa pada hari saat bintang Utara Phalguna tampak di Zenith.
Masa muda
Arjuna dan Saudaranya Berguru pada Dronacarya, sang Guru menguji kemampuan memanah murid-muridnya. Ilustrasi dari Mahabharata terbitan Gorakhpur Geeta Press.
Pangeran Arjuna dididik Oleh Guru Drona bersama dengan saudara-saudaranya yang lain (para Pandawa dan Kurawa). Kemahirannya dalam ilmu memanah sudah tampak sejak kecil. Pada usia muda ia mendapat gelar Maharathi atau "kesatria terkemuka". Dalam suatu ujian, Drona meletakkan burung kayu pada pohon, lalu menyuruh muridnya satu-persatu untuk membidik burung tersebut, kemudian menanyakan apa saja yang sudah mereka lihat. Banyak murid yang menjawab bahwa mereka melihat pohon, cabang, ranting, dan segala sesuatu yang dekat dengan burung tersebut, termasuk burung itu sendiri. Ketika tiba giliran Arjuna untuk membidik, Drona menanyakan apa yang dilihatnya. Arjuna menjawab bahwa ia hanya melihat burung saja, tidak melihat benda yang lainnya. Hal itu membuat Drona kagum dan meyakinkannya bahwa Arjuna sudah pintar.
Suatu hari, ketika Guru Drona sedang mandi dan Ritual di dalam Sungai Gangga, seekor Buaya datang mengigitnya. Drona dapat membebaskan dirinya dengan mudah, namun karena ingin menguji keberanian murid-muridnya maka ia berteriak meminta tolong. Di antara murid-muridnya, hanya Arjuna yang datang memberi pertolongan. Dengan panahnya, ia membunuh buaya yang menggigit gurunya. Atas pengabdian Arjuna, Guru Drona memberikan sebuah Astra yang bernama Brahmasirsa. Drona juga mengajarkan kepada Arjuna tentang cara memanggil dan menarik astratersebut. Menurut dalam sebuah Kisah cerita Mahabharata ,Brahmasirsa hanya dapat ditujukan kepada Dewa, Raksasa, setan jahat, dan makhluk sakti yang berbuat jahat, agar dampaknya tidak berbahaya.
Bersambung......